Saya awali tulisan
ini dengan mengucapkan Kalimat Tahmid sebab semakin anda membaca tulisan ini
anda akan banyak menemukan kalimat Talbiyah Lainnya. Tiada kata yang yang dapat
menyaingi “Alhamdulillah“ yang dapat melukiskan betapa bersyukurnya penulis dapat
membagi pengalaman ini. Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri Saya, Saya
Heldanita, Awardee LPDP PK 48 Gempita Nusantara (Lestarikan Budaya Ceriakan
Bangsa). Hi guys dimanapun kalian berada, i’m really miss to say it with
you are. Salam Gempita!!! Saya bukan motivator ulung namun melalui tulisan
ini saya akan berbagi pengalaman saya tentang pertanyaan apa dan bagaimana dan
terkadang kok bisa menjadi Penerima
Beasiswa LPDP. Let’s read more.....
“Dimana ada kemauan disitu ada jalan”. Mindset sederhana namun kaya
makna ini yang mengantarkan saya kepada detik ini. Menyambung essay saya
“Kesuksesan Terbesar dalam hidupku” yang merupakan salah satu persayaratan
seleksi LPDP, Saya lagi-lagi merasakan berbagai kesuksesan yang Tuhan berikan
dalam hidup saya. Kala itu, LPDP merupakan nama asing yang sama sekali belum
saya kenali sedikitpun. Titik demi titik mengantarkan saya ke nama itu. Saya
benar-benar mengenalinya step by step dan secara otodidak tanpa ada tempat
bertanya, hanya saja media virtual blog para sahabat yang saya baca. Hal ini
juga memotivasi saya untuk berbagi pengalaman saya melalui tulisan ini dengan
harapan akan ada suatu hari nanti yang membutuhkan tulisan ini. Memang wajar
jika saat itu tidak akan ada yang menyakini apapun yang saya ceritakan kepada
khalayak ramai tentang keistimewaan LPDP ini. Jika ditanyakan sebab pasti ada,
seperti yang sudah saya jelaskan pada essay saya yang sudah saya posting
sebelumnya, saya adalah alumni penerima beasiswa Bidikmisi sebelumnya pada masa
S1 saya. Sebelumnya memang saya mendengar kabar jika Bidikmisi akan menyediakan
beasiswa lanjutan untuk S2, dan saya sangat antusias dalam menyambut kabar
gembira itu. Tiap hari saya membuka website Bidikmisi, namun yang saya temukan
hanyak portal yang menyatakan bahwa beasiswa lanjutan memang ada namun ditaja
oleh LPDP. Saya mulai membuka link tersebut dan mempelajari segala booklet yang
disediakan di website tersebut. Tidak terkecuali dengan membuka jadwal
pendaftaran yang akan dilaksanakan oleh LPDP. Tertanda saya membuka website itu
pada tahun 2015 tepat sebulan setelah wisuda S1 saya. Kala itu LPDP masih
menyediakan 4 batch dalam setahun untuk
pendaftaran Beasiswa Pendidikan Indonesia maupun afirmasi. Sebelumnya saya
jelaskan dulu ya, LPDP itu singkatan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan,
mungkin sekarang kata ini sangat familiar di telinga teman-teman semuanya sebab
semakin hari kajian mengenai LPDP semakin Booming. LPDP Merupakan sebuah
lembaga pemerintahan dibawah nanungan kementerian Keuangan Negara Indonesia.
Tau kan siapa menteri Keungan kita, Yap! Ibu Sri Mulyani, terakhir saya
membaca statement beliau (Juli 2017)
yang kembali diposting oleh salah satu
akun Instagram “Wow Fakta” bahwasanya ibumenteri akan menyediakan Dana
untuk penerima Beasiswa LPDP kurang lebih sebanyak 200 Trilyun untuk tahun
2017. Prok Prok Prok, salut banget
sama pemerintahan Indonesia. LPDP menyediakann dua seleksi yaitu untuk
seleksi LN (Luar Negeri) dan Seleksi DN (Dalam Negeri). Beasiswa yang
disediakan pun terbagi atas beasiswa untuk jenjang Magster dan Doktoral. Baik
itulah sekilas mengenai Serba Serbi LPDP, selengkapnya dapat teman-teman baca
di www. Ldpd.kemenkeu.go.id
Kembali ke kisah saya, Saya mengikuti dua kali seleksi
administrasi. Jadi perlu temen-temen ketahui bahwasanya seleksi LPDP terdiri
dari seleksi administrasi, LGD (Learning Guided Discussion), penulisan
essay, dan seleksi wawancara. Seleksi administrasi yang pertama saya lakukan
dengan menguplod berbagai persyaratan yang diminta, seperti Scan Ijazah,
Transkrip Nilai, sertifikat Toefl/Toafl, dan sertifikat serta
surat-surat pendukung lainnya. Universitas Tujuan yang saya pilih adalah
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan jurusan Pendidikan IPA. Saya
mencoba apply di dalam negeri karena memang saya paham bagaimana
kemampuan saya, hehe. Seleksi administrasi pun saya lewati dengan submit
sebelum pendaftaran ditutup. Sampailah ketika waktu pengumuman tiba, ternyata
Allah SWT. Belum meridhoi saya sebagai penerima Beasiswa LPDP. Kecewa memang
namun motto saya di awal masih saya yakini, bahwasanya saya masih mempunyai
satu kesempatan lagi. Dan memang saya buktikan dengan kesempatan seleksi yang
kedua ini, saya kembali mengikuti seleksi administrattif dengan benar-benar
mengupload dan mengoreksi essay ataupun syarat lainnya yang mungkin kurang pada
kesempatan awal. Dan akhirnya saya submit dengan tujuan Universitas yakni Uin
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Entah malaikat mana yang membisikkan kepada saya
untuk memilih Kota Yogyakarta, namun saya sangat yakin ketika itu. Saya
mengambil jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA).
Sampai kepada waktu pengumuman tiba, saya memang sebelumnya telah
mencoba memasukkan lamaran pekerjaan dengan ijazah yang saya miliki ke beberapa
sekolah. Saya menerima pengumuman lulus seleksi administratif tepat seminggu
setelah saya diterima di salah satu SD di Pekanbaru, Riau. Syukur alhamdulillah
dengan pengumuman tersebut namun tak bisa saya sembunyikan kegundahan di hati
saya memang, coba teman-teman fikirkan apa harus saya katakan kepada atasan saya dengan kabar ini. Memang
benar pepatah “Jodoh takkan Kemana”. Setelah dengan segala pertimbangan saya
memutuskan untuk mengabarkan berita ini kepada Atasan saya dengan segala resiko
yang akan saya terima. Alhamdulillah, Allah menjawab doa saya atasan saya sama
sekali tidak keberatan dengan serangkaian seleksi lanjutan yang akan saya
tempuh walaupun saya masih terikat ikatan kerja. Beliau bersedia memberikan
izin kepada saya. Sampai kepada ketika
jadawal seleksi wawancara tiba, kebetulan saya mengambil kota Medan sebagai
kota tempat wawancara saya dari sekan banyak kota yang disediakan. Dengan
Bismillah saya berangkat ke Kota Medan ditemani Ibunda Tercinta. Dengan dana
pas-pasan saya pun nekat pergi ke Medan dengan Tujuan menginap di Kos Teman
Saya, Zahratul Uyun seorang Dokter Muda Insya Allah Aminn.
Seleksi substantif dilaksanakan selama dua hari di Gedung Keuangan
Negara (GKN) Medan. Hari pertama seleksi
saya pergi ke GKN sendiri tanpa ditemani siapapun. Bermodalkan pengetahuan
tempat yang sudah saya survey sore sebelumnya dengan teman saya, saya pun
melangkah dengan Bismillah. Saya menumpangi sebuah becak motor yang sudah di
arahkan oleh teman saya sebelumnya. Firasat buruk mengenai keraguan muka mas
becak pun akhirnya terjawabkan dengan 10 menit kesesatan yang kami alami. Mas
becak bukan orang Medan aslinya ternyata, hehehe. Yang ada di benak saya bukan
apaapa, bukan saya akan dilarikan kemana namun bagaimana caranyamasbecak ini
akan menemukan alamat yang saya maksud. Alhamdulillah semua dilema itu berakhir
di menit yang ke sebelas, kami pun menemukan GKN tepat pada waktunya. Mas becak
sangat merasa bersalah sehingga mengantarkan saya sampai kebablasan ke dalam
gerbang. Ini mungkin salah satu bentuk real dari surat Al-Insyirah ayat 5-6.
Saya pun memasuki gedung dan mengikuti alur seleksi seperti yang sudah
ditetapkan. Begitu banyak teman baru dari berbagai provinsi yang saya temui.
Kebanyakan dari pulau sumatera seperti dari Padang, Medan, Palembang, Aceh, dan
kota-kota lainnya.
Seleksi pertama yang saya ikuti adalah seleksi Penulisan Essai dan
LGD. H-1 sebelum tes kami sudah dibagi ke dalam beberapa kelompok yang
disebarkan via email. Saya menjadi salah satu anggota dari kelompok 6, saya
absen satu-satu ya ada Mba Ami dari Aceh yang akan studi S3 ke Inggris, Jelita
dari Medan yang akan studi ke ITB Bandung, Kak Damar dari Riau mau ke ITB
Bandung, Bang Rezki dari Padang mau Ke Australia, dan Bang Anggi dari Medan
akan study ke Inggris. Kami benar-benar baru kenal 10 Menit sebelum masuk ke
ruangan eksekusi. Kami segera memasuki ruangan penulisan Essai. Kami diberikan
selembar kertas dan diminta menulis essay sesuai tema yang diberikan selama 30
menit. Benar-benar 30 menit yang hening, semua yang ada di otak di tuliskan
tanpa terkecuali ke kertas. 30 menit berakhir kami pun segera beralih ke
ruangan LGD, sebelumnya kami tdak lupa mengaturstrategi berdiskusi yang baik.
Karena perlu diketahui bahwasanya diskusi LGD ini bukanlah diskusi untuk
menemuka siapa pemenang dari argumen yang disampaikan akan tetapi siapa yang
terampil dalam menunjukkan bagaimana merangkul dan mengayomi pendapat yang
diberikan oleh teman. Aktif sangat dibutuhkan dalam diskusi ini, namun bukan
dominan. Aktif dan dominan bak dua sisi mata uang sama namun berbeda. Kami
berusaha semaksimal mungkin untuk mengaktifkan semua anggota diskusi karena
goals dari diskusi ini adalah bukan kelompok yang bersitegang namun kelompok
yang benar-benar bersahabat dalam pemikirannya dan saling mendukung satu sama
lain. Jika pun ada yang tidak sependapat namun disampaikan dengan attitude yang
baik. Tema-tema yang akan dibahas dalah segala sesuatu yang sedang
hangat-hangatnya diperbincangkan di Indonesia. Pada saat itu kami mendapatkan
tema mengenai Pro- Kontra pelaksanaan MOS di Indonesia. LGD berakhir, saya
melanjutkan ke seleksi yang kedua yakni seleksi bahan yang menurut saya ini
adalah seleksi awal yang harus dilaksanakan. Alhamdulillah semua bahan yang
saya persiapkan memenuhi syarat.
Day 2 di Medan, kali ini saya tidak berangkat sendiri namun
ditemani oleh ibu tercinta. Hari ini merupakan seleksi yang menurut saya sangat
membutuhkan persiapan yang sangat matang. Bagaimana tidak, saya akan mengikuti
seleksi wawancara dengan tiga orang penguji dengan berbagai topik pertanyaan
yang akan mereka tanyakan. Saya memasuki ruangan seleksi dengan pengantar
senyum dan ciuman restu dari ibu saya, saya menjabat tangan para penguji.
Mencoba untuk se selow mungkin, walaupun yang didalam semuana berantakan. Saya
disambut hangat oleh penanya pertama yakni seorang psikolog yang mengawali
sederet pertanyaannya dengan menanyakan hal yang sebenarnya sudah saya jabarkan
di essai saya, yakni mengenai kesuksesan terbesar dalam hidup saya. Jadi kalau
saya boleh berpendapat, pertanyaan dari penguji sebenarnya tidak akan jauh dari
segala yang sudah jelaskan dalam essai kita. Mereka sangat menguji kebenaran
dari pengalaman yang sudah kita jabarkan. Setelah menjawab pertanyaan tersebut,
saya dihadapkan dengan beberapa pertanyaan susulan dari para penguji lainnya.
Banyak pertanyaan mendasar yang ditanyakan, seperti untuk apa kita melanjutkan
study, akan jadi apa kita kedepannya, kenapa LPDP harus memberikan beasiswa
kepada diri kita dan hal-hal sepele namun bermakna lainnya. Pertanyaan yang
paling saya ingat yakni mengenai kota universitas tujuan saya Yogyakarta. Mereka menanyakan mengapa saya memilih
kota Yogyakarta, dengan selentingan “kamu pengen jalan-jalan ya di jogja?” saya
pun berusaha santai dalam menjawabnya “iya pak, itu salah duanya” salah satunya
yah karena sepertinya Yogyakarta akan menjadi saksi prestasi akademik dan karya
saya kedepannya. Disamping
pertanyaan-pertanyaan seperti itu masih banyak tentunya pertanyaan mendasar
mengenai akademik yang dipertanyakan. 45 menit berakhir, diiringi dengan
motivasi dan harapan kelulusan yang diberikan oleh ketiga penguji saya keluar
dari ruang wawancara.
Sampai saat pengumuman seleksi wawancara, Alhamdulillah Allah
benar-benar menunjukkan Ridha-Nya, saya mendapatkan email yang bertuliskan anda
“LULUS” seleksi substantif. Fix, Yogyakarta i’m Coming... hehehhe. Rangkaian
selanjutnya yang harus dilalui oleh penerima beasiswa LPDP adalah mengikuti PK
(Persiapan Keberangkatan), yakni sebuah persiapan yang diberikan oleh pihak
LPDP kepada semua penerima beasiswa yang
akan berangkat ke negara tujuan masing-masing, tidak hanya untuk peserta luar
negeri tapi dalam negeri juga. Kami di bagi ke dalam kelompok tertentu, dan di
pertemukan di sebuah tempat yang sampai sekarang sangat klasik untuk dikenang,
yah Wisma Hijau Cimanggis Depok. Selama lebih kurang 7 hari kami diagendakan
mengikuti kegiatan-kegiatan yang sebelumnya sudah kami pilih sendiri baik itu
berupa workshop, fun game, outbound, dan kegiatan penunjang lainnya. Jika ada
yang bertanya bagaimana rasanya PK, rasanya itu bahagia banget tapi tidak untuk
diulang. Saya masih ingat pasca PK, saya tidur dari pagi ketemu pagi. Namun
bagaimana pun sangat banyak pengalaman dan kenangan yang didapat dari PK.
Sahabat baru, ilmu baru, pengalaman baru dan tidak jarangan pujaann hati baru.
Yah, ini salah satu pengalaman indah yang sering terjadi pada diri awardee,
banyak sekali yang menemukan tambatan hati pada saat PK ini. Haha intermezzo
gaes... J Seleksi bahan udah, wawancara beres, PK done! Selanjutnya tinggal
seleksi masuk Universitas. Saya intake Agustus 2016, which is itu adalah
setahun setelah saya lulus wawancara. Setahun berlalu saya akhirnya mendapatkan
kampus, saya diterima di kampus yang saya tuju dan di prodi yang saya inginkan.
Saya resmi menjadi Mahasiswa Pascasarjana Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta TA 2016
Prodi PGRA sampai detik ini.
Itulah kilas balik tentang bagaimana saya menjalani step demi step
untuk menjadi Penerima Beasiswa LPDP. Mungkin tidak ada yang dapat
menginsipirasi namun saya yakin diluar sana banyak yang sedang berada di posisi
yang saya rasanya waktu itu. Buat kalian semua yang sedang berjuang, yakinlah
bahwa perjuangan kalian akan berbuah manis jika kalian memang berusaha dan
berdoa dengan sungguh-sungguh dan jangan pernah lupa janji suci kita
“Indonesia, Aku pasti mengabdi”.