kk

WELCOME TO BLOG HELDA NITA

Sabtu, 23 Agustus 2014

KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 lalu.
Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan.Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik dipilih sesuai dengan pilihan mereka.Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.

Aspek

Pengetahuan

Pengetahuan dalam kurikulum 2013 sama seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya, yaitu penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa didapat dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013, Pengetahuan bukan aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum sebelumnya.

Keterampilan

Keterampilan merupakan aspek baru dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan penekanan pada skill atau kemampuan. misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat laporan, serta berpresentasi. Aspek Keterampilan merupakan salah satu aspek penting karena hanya dengan pengetahuan, siswa tidak dapat menyalurkan pengetahuan tersebut sehingga hanya menjadi teori semata.

Sikap

Aspek sikap merupakan aspek tersulit untuk dinilai. Sikap meliputi sopan santun, adab dalam belajar, absensi, sosial, dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini karena guru tidak setiap saat mengawasi siswa-siswinya. Sehingga penilaian tidak begitu efektif.

Mata Pelajaran

Sekolah Tingkat Dasar (SD)

  • Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
  • Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
  • Matematika
  • Bahasa Indonesia
  • Ilmu Pengetahuan Alam
  • Ilmu Pengetahuan Sosial
  • Seni Budaya dan Prakarya (Termasuk Muatan lokal)
  • Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Termasuk Muatan lokal)
  • Bahasa Daerah (Sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing)
Semua mata pelajaran di Sekolah Dasar disajikan secara terpadu integratif.

Sekolah Tingkat Menengah Pertama (SMP)

  • Kelompok A (Wajib)
    • Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
    • Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
    • Matematika
    • Bahasa Indonesia
    • Ilmu Pengetahuan Alam
    • Ilmu Pengetahuan Sosial
    • Bahasa Inggris
  • Kelompok B (Wajib)
    • Seni Budaya (Rupa/Musik/Tari/Teater)
    • Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
    • Prakarya dan Kewirausahaan (Rekayasa/Kerajinan/Budidaya/Pengolahan)
    • Bahasa Daerah (Sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing)

Sekolah Tingkat Menengah Atas (SMA)

  • Kelompok A (Wajib)
    • Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
    • Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
    • Matematika
    • Bahasa Indonesia
    • Sejarah Indonesia
    • Bahasa Inggris
  • Kelompok B (Wajib)
    • Seni Budaya (Rupa/Musik/Tari/Teater)
    • Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
    • Prakarya dan Kewirausahaan (Rekayasa/Kerajinan/Budidaya/Pengolahan)
  • Kelompok C (Peminatan)
Ilmu Alam Ilmu Sosial Ilmu Bahasa
Matematika Peminatan Sejarah Peminatan Bahasa Indonesia Peminatan
Fisika Geografi Bahasa Inggris Peminatan
Biologi Ekonomi Bahasa Asing
Kimia Sosiologi Antropologi
Lintas Minat/Pendalaman Minat
Lintas Minat/Pendalaman Minat

Laporan Belajar

Laporan Belajar atau Rapor pada Kurikulum 2013 ditulis berdasarkan Interval serta dihapuskannya sistem ranking. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar siswa. Penilaian pada Rapor kurikulum 2013 dibagi kedalam 3 kolom yaitu Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap. Setiap kolom nilai (Pengetahuan dan Keterampilan) dibagi lagi menjadi 2 kolom yaitu kolom angka dan kolom huruf, setiap kolom diisi menggunakan nilai interval. Interval-interval tersebut adalah sebagai berikut:

Contoh Rapor Kurikulum 2013
Angka Huruf
1.00-1.33 D
1.34-1.66 C-
1.67-2.00 C
2.01-2.33 C+
2.34-2.66 B-
2.67-3.00 B
3.01-3.33 B+
3.34-3.66 A-
3.67-4.00 A

Sabtu, 22 Maret 2014

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS

2.1 Definisi Pembelajaran IPS
Setiap pengajar seyogyanya mengetahui dan menghayati sepenuhnya mengapa ia mengajar sesuatu mata pelajaran tertentu. Begitu juga dengan pengajar IPS, untuk menghindari dari “pertukangan” maka membelajarkan peserta didik seharusnya dilakukan secara berwawasan.
Secara sederhana IPS ada yang mengartikan sebagai studi tentang manusia yang dipelajari oleh anak didikdi tingkat sekolah dasar dan menengah. IPS sering disebut dengan istilah Social Education dan Social Learning. Kedua istilah tersebut menurut Cheppy lebih menitik beratkan kepada berbagai pengalaman di sekolah yang dipandang dapat membantu anak didituntut lebih mampu bergaul di tengah-tengah masyarakat.
Istilah IlmuPengetahuan Sosial (IPS) dan keberadaannyha dalam kurikulum persekolahan di Indonesia tidak lepas dari perkembangan dan keberadaan Social studies (Studi Sosial) di Amerika Serikat. Oleh karenanya gerakan dan paham social studies di Amerika banyak mempengaruhi pemikiran mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia.
IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang IPS, maka penting untuk dikemukakan beberapa pengertian social studies dan IPS menurut para ahli.
• Edgar B Wesley menyatakan bahwa social studies are the social sciences simplified for paedagogieal purposes in school. The social studies consist of geografy history, economic, sociology, civics and various combination of these subjects.
• John Jarolimek mengemukakan bahwa The social studies as a part of
elementary school curriculum draw subject-matter content from the social science, history, sociology, political science, social psychology,philosophy, antropology, and economic. The social studies have been
defined as “ those portion of the social science… selected for instructional purposes”

Demikian beberapa pengertian yang dikembangkan di Amerika Serikat oleh beberapa tokoh pendidikan terkenal. Pengembangan IPS di Indonesia banyak mengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat yang dikembangkan di Amerika Serikat tersebut. Tujuan, materi, dan penanganannya dikembangkan sendiri sesuai dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada realitas, gejala, dan problem sosial yang menjadi kajian IPS yang tidak sama dengan negara-negara lain. Setiap negara memiliki perkembangan dan model pengembangan social studies yang berbeda.

Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di Indonesia.
• Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan
dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi
budaya, psikologi, sejarah, geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi
manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi
dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

• Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan
SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: a) menurunkan tingkat
kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi
pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah
dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka
cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi
pelajaran yang mudah dicerna.

• S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi
atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS
merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran
manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah,
ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

• Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi
yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang
berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolahsekolah.

Studi Sosial bukan merupakan bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalaj social. Dalam kerangka kerja pengkajian studi social menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidang-bidang ilmu social.
Tugas studi social sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dengan tujuan membina warga masyarakat yang mampu menyelaraskan kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan social, serta membantu melahirkan kemampuan memecahkan masalah-masalah social yang dihadapinya

Ilmu pengetahuan Sosial Ilmu-ilmu Sosial
Mengkaji padamasalah-masalah yang terjadi di masyarakat Suatu disiplin ilmu
Menggunakan pendekatan multidisiplin atau interdisiplin Mengguna pendekatan disiplin ilmu atau monodisiplin
IPS dirancang untuk kepentingan kependidikan oleh karena itu, keberadaan IPS lebih memfokuskan pada dunia persekolahan Ilmu-ilmu social keberadaannya bias di sunia persekolahan, perguruan tinggi atau dipelajari di masyarakat umum

Dengan demikian, IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masingmasing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.
Dengan bertolak dari uraian di depan, kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.

2.2     Rasional Pembelajaran IPS
Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan YME yang menjadi penghuni di permukaan plane tbumi ini,yang senantiasa berhadapan atau berhubungan dengan dimensi-dimensi ruang, waktu dan berbagai bentuk kebutuhan (Needs) serta berbagai bentuk peristiwa baik dalam sekala individual maupun dalam skala kelompok (satuan social). Berkenaan dengan sebagian dari hakikat dari makhluk manusia tadi, dan kemudian dihadapkan pada beberapa disiplin ilmu social, maka tentu saja terdapat relasi, relevansi dan fungsi yang cukup signifikan. Dimensi ruang (permukaan bumi) dengan segala fenomenannya, sangat relevan menjadi objek atau kajian geografi. Sedangkan dimensi manusia baik dalam skala individual maupun dalam skala kelompok (masyarakat dan satuan social lainnya) sangat relevan menjadi bahan kajian atau telaah disiplin sosiologi dan psikologi social. Kemudian dimensi waktu dan peristiwa-peristiwa yang dialami manusia dari waktu ke waktu sangat relevan menjadi objek /bahan kajian bagi disiplin ilmu sejarah.sedangkan dimensi kebutuhan (needs) yang senantiasa memiliki karakteristik atau sifat keterbatasan(kelangkaan) sangat tepat menjadi objek kajian bagi disiplin ilmu ekonomi..
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)  berkualitas di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini harus bersamaan dengan pengembangan nilai-nilai. Dengan pengembangan nilai-nilai tersebut diharapkan sumber daya manusia Indonesia memiliki pengetahuan, keterampilan, kpedulian, kesadaran, dan tanggungjawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa, dan negaranya bagi pengembangan kini dan mendatang. Nilai-nilai tersebut menurut Nutrsid Sumaatmadja (1997), yaitu sebagai berikut:
  1. a.          Nilai Edukatif
Dalam proses peningkatan perilaku sosial melalui pembinaan nilai edukatif, tidak hanya terbatas pada perilaku kognitif, melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan perilaku afektifnya. Melalui pendidikan IPS perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian, dan tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Kepedulian dan tanggungjawab sosial secara nyata dikembangkan dalam pendidikan IPS untuk mengubah perilaku peserta didik bekerja sama, gotong royong, dan membantu pihak-pihak yang membutuhkan.
  1. b.         Nilai Praktis
Pendidikan dianggap tidak memiliki makna yang baik jika tidak memiliki nilai yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pokok bahasan IPS itu harusnya digali dari krhidupan sehari-hari. Dalam hal ini, nilai praktis itu disesuaikan dengan tingkat usia dan kegiatan peserta didik sehari-hari. Pembelajaran pada pendidikan IPS tersebut diproses secara menarik, tidak terlepas dari kehidupaan sehari-hari dan secara langsung ataupun tidak langsung memiliki nilai praktis.
  1. c.          Nilai Teoritis
Peserta didik dibina dan dikembangkan daya nalarnya ke arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri di lapangan (sense of discovery). Dengan demikian, kemampuan mereka mengajukan “hipotesis” dan dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan juga berkembang. Dengan kata lain, kemampuan mereka dalam “berteori” dibina dan dikembangkan dalam pendidikan IPS ini.
  1. Nilai Filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik, dapat mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai makhluk sosial.
  1. e.          Nilai Ketuhanan
Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan aspek kgehidupan sosial yang luas cakupannya menjadi landasan yang kuat bagi penanaman dan pengembangan nilai ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita baik lahir maupun batin.

2.3  Tujuan Pembelajaran IPS
IPS sebagai suatu progam pendidikan tidak hanya menyajikan tentang konsep-konsep pengetahuan semata, namun harus pula mampu membina peserhta didik menjadi warga Negara dan warga masyarakat yang tau akan hak dan kewajibannya, yang juga memiliki atas kesejahteraan bersama yang seluas-luasnya. Oleh karena itu peserta didik yang dibina melalui IPS tidak hanya memiliki pengetahuan dan kemampuan berfikir tinggi, namun peserta didik diharapkan pula memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya.
Sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS dapat terlihat nyata dari tujuannnya. Di sepanjang sejarahnya selama ini IPS memiliki 5 tujuan yang penjelasannya sebagai berikut:
  1. IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut dibidang social sciences jika ia nantinya masuk ke perguruan tinggi.untuk itu maka pelajara seperti sejarah, geografi, ekonomi dan antropologi budaya harusnya diberikan lepas-lepas sebagai vak tersendiri.
  2. IPS yang bertujuan mendidik kewarganegaraan yang baik, mata pelajaran yang disajikan oleh guru sekaligus harus ditempatkan dalam konteks budaya melalui pengolahan secara ilmiah dan sikologis yang tepat.
  3. IPS yang hakikatnya merupakan kompromi antara satudan dua tersebut di atas inilah yang kita temukan dalam definisi IPS, sebagai “suatu penyederhanaan dan penyaringan terhadap ilmu-ilmu social, yang penyajiannya di sekolah disesuaikan dengan kemampuan guru dan daya tangkap peserta didik
  4. IPS yang mempelajari closed area atau masalah-masalah social yang pantanbg untuk dibicarakan di muka umum.bahannya menyangkut macam-macam pengetahuan dari ekonomi sampai politik, dari yang social sampai cultural. Dengan cara ini, siswa dilatih berfikir demokratis
  5. Menurut pedoman khusus bidang studi IPS, tujuan bidang studi tersebut yaitu dengan materi yang dipilih disaring dan disinkronkan kembali maka sasaran seluruh kegiaran belajar dan pembelajaran IPS mengarah pada 2 hal. Yaitu:
    1. Pembinaan warga Negara Indonesia atas dasar moral pancasila/ UUD 1945, nilai-nilai dan sikap hidup yang dikandung oleh Pancasila/ UUD 1945 secara sadar dan intensif ditanamkan pada siswa sehingga terpupuk kemauan dan tekad untuk hidup bertanggung jawab demi keselamatan diri,bangsa,Negara dan tanah air.
    2. Sikap sosial yang rasional dalam kehidupan. Untuk dapat memahami dan selanjutnya mampu memecahkan masalah-masalah social perlu ada pandangan terbuka dan rasional. Dengan berani dan sanggup melihat kenyataan yang ada, akan terlihat segala persoalan dan akan dapat  ditemukan jalan memecahkannya. Termasuk pula kenyataan menurut sejarah perjuangan bangsa bahwa pancasila adalah falsafah hidup yang menyelamatkan bangsa dan menjamin kesejahteraan hidup kita bersama
v      Karakteristik Mata Kuliah Konsep dasar IPS
Tujuan utama setiap pembelajaran Ilmu Sosial adalah membentuk warga Negara yang baik, demikian pula halnya Ilmu Pengetahuan Sosial, sebagai suatu program pendidikan juga memiliki tujuan yang sama yaitu memebentuk warga Negara yang baik. Namun, dalam proses penyajiannya IPS memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan dengan karakteristik Ilmu Sosial yang ada walaupun demikian, keberadaan Ilmu-ilmu Sosial tidak dapat terpisahkan dari IPS karena konsep-komsep Ilmu-ilmu social merupakan sumber utama bagi pengembangan materi pembelajaran program IPS.
Sebagai program pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai ketrampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi warga masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Ketiga aspek yang dikaji dalam proses pendidikan Ilmu Pengetahuan social (memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai ketrampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan ) merupakan karakteristik IPS sendiri. Berikut adalah karakteristik pengembangan tujuan pengajaran IPS sebagai tujuan jangka panjang, yaitu:
  1. Berbagai pengertian yang selayaknya dimiliki oleh setiap peserta didik melalui programpendidikan IPS, antara lain:
    1. Aspek-aspek utama dalam lingkungan keluarga
    2. Aspek-aspek utama dari lingkungan social
    3. Aspek-aspek utama dari lingkungan alam sekitar
    4. Kesalingtergantungan di antara Individu, masyarakat bangsa dan Negara
    5. Berbagai upaya manusia beradaptasi dan bekerjasama dalam pelestarian lingkungan
    6. Berbagai cara manusia memerintah dan diperintah
    7. Berbagai fungsi control social dalam kelompok
    8. Hubungan timbale balik antara individu dan masyarakat
    9. Berbagai cara manusia memenuhi kebutuhan dasarnya, baik ekonomi, social, budaya dan lainnya.
    10. Perkembangan-perkembangan utama dari peradaban manusia
    11. Sifat-sifat yang membentuk kepribadian manusia
    12. Perkembangan sikap, nilai, dan moral sebagai warga masyarakat dan negara
    13. Berbagai ketrampilan yang harus dikembangkan melalui program pendidikan IPS antaralain berikut ini
      1. Berpikir kritis
      2. Menganalisis dan memecahkan masalah
      3. Menentukan dan mengumpulkan informas ata data
      4. Mampu mengorganisasikan dan menilai secara logis
      5. Mambacasan mendengarkan untuk mengerti secar nalar
      6. Berbicar dan menulisyang sistematis
      7. Menginterpretasikan atau membacapeta globe,bagan, statistic, dan grafik secara akurat.
      8. Menggunakan konsep ruang dan waktu
      9. Ikut dalam kegiatan kelompok
      10. Berbagai sikap moral yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran pendidikan IPS, antara lain berikut ini
        1. Menghargai harkat sesame individu
        2. Yakin adanya persamaankesempatan dalam berbagaihal bagi semua orang
        3. Menjunjung tinggi supremasi hokum
        4. Bekerja sama demi kebahagiaan bersama
        5. Bersedia membuktikan tanggung jawab sebagai warga Negara
        6. Yakin akan perlunya demokrasi
        7. Yakin bahwamanusia mampu mengatur dirinya sendiri
        8. Yakin bahwa problema sosila mampu dipecahkan melalui pemikiran kritis
        9. Yakin akan masa depan yang lebih baik
        10. Yakin mampu menghadapi arus globalisasi secara positif
Karakteristik IPS yang lain juga ada pada pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS, dalam rangka menjawab permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran.berikut ini penjelasan mengenai berbagai pendekatan pembelajaran IPS, antara lain:
  1. Separated Subject
Pengorganisasian kegiatan pembelajaran dalam bentuk bagian-bagian yang terpisah antara satu dengan yang lain. Masing-masing bagian disertai dengan satu kesatuan waktu yang terpisah. Bahan disajikan secara terpisah dan berbeda dengan bagian-baguan yang lain. Proses pembelajran semacam ini dapat kita temukan pada sekoahlanjut tingkat atas atau SLTA, dan tingkat perguruan tinggi.
  1. Correlation of Subject
Suatu modifikasi dari bentuk pendekatan separated subject dikenalsebagai pendekatan correlation of subject. Melalui pendekatan ini, sebagai pengajaran music, misalnya atau suatu wacana, dapat dihubungkan denagn konsep-konsep yang adadalam IPS. Masalah pemilihan bacaan yang dapat dikaitkan dengan topic-topik IPS, hendaknya diseleksi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, serta pengaturan waktu yang telah ada.
Dengan perencanaan yang seperti ini, diharapkan akan dapat dihindari pemisahan subjek-subjek yang ada, namun tetap menunjukkan antar hubungan antara ilmu-ilmu social yang ada.
  1. Integration of Fusion
Pada sisi yang lain sering kita saksikan para pembelajar kurang mampu mengetahui batas-batas yang ada di antar berbagai subjek sehingga seolah-olah kabur.Nilai utamadigunakannya pendekatan ini adalah dengan digunakannya seluruh subjek untuk meningkatkan proses pembelajaran.Namun, kelemahan yang sering pula Nampak adalah apabila guru terlalu bertumpu atau terlalu mendasarkan pada suatu subjek tertentu,dan kurang memperhatikan keterampilan mengajarnya.Apabila hal ini terjadi maka bahasan dapat mengahambat IPS karena alokasi waktu yang sedikit, terutama untuk mengembangkan kreatifitas-kreatifitas yang dipersyaratkan proses pembelajaran tersebut.

PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Ilmu Pengethauan Sosial (IPS) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Dalam kerangka kerja pengkajiannya Ilmu Pengethuan Sosial (IPS) menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidang-bidang ilmu sosial.
Kerangka kerja Ilmu Pengethuan Sosial (IPS) tidak menekankan pada bidang teoritis, tetapi lebih kepada bidang-bidang praktis dalam memepelajari gejala dan masalah-masalah social yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi social tidak terlalu akademis- teoritis, namun merupakan satu pengethuan praktis yang dapat diajarkan pada tingkat persekolahan, yaitu mulai tingkat SD samapai perguruan tinggi. Demikian pula pendekatan yang digunakan Ilmu Pengethuan Sosial sangat berbeda denganpendekatan yang biasa fdigunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan Ilmu Pengetahuan social bersifat interdisipliner atau bersifat multidisipliner dengan menggunakan berbagai budang keilmuan, sedangkan pendekatan yang digunakan dalam Ilmu Soaial (Socila Science) bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing.
3.2  Saran
Pembelajaran IPS di sekolah dasar seyogyanya dapat dibelajarkan pada peserta didik dengan baik dan tepat karena sebagai bidang pendidikan IPS tidak hanya membekali peserta didik dengan pengethuan social, melainkan lebih jauh daripada berupaya membina dan mengembangkan mereka menjadi SDM Indonesia yang berketrampilan social dan intelektual sebagai warga Negara yang memiliki perhatian serta kepedulian social yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional. Selain itu, kehidupan peserta didik di masyarakat dan dalam bermasyarakat yang terus berkembang, menjadi landasan bagi pengembanganIPS sebagai bidang pendidikan sesuai dengan tuntutan perubahan serta kemajuan kehidupan peserta didik tersebut.

 DAFTAR RUJUKAN
Chandra, Agus. Rasional Pembelajaran IPS, (Online),http://aguschandra.com/page/2/?s=rasional+pembelajaran+ips&cat=plus-5-result, (diakses tanggal 31 Agustus 2012).
Sumaatmadja, Nursid dkk. 2003.   Konsep Dasar IPS. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Massofa.Pengertian ruang lingkup dan tujuan IPS, (Online), http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/, (diakses tanggal 30 Agustus 2012).
Oktaseji. Konsep Dasar IPS dan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Pembelajaran, (Online), http://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/konsep-dasar-ips-dan-ilmu-ilmu-sosial-dalam-pembelajaran/, (diakses tanggal 30 Agustus 2012).
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:nO3k7HVqX_IJ:id.download.gameforsmart.com/kur/lain2/panduan-penyusunan/silabus-ips.pdf+rasional+ips&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESh4Qez_NdO8/MadFa5q179naa5pdEIQcIuEvDA1

Kamis, 06 Februari 2014

OBSERVASI PENELITIAN

A. PENGERTIAN
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes

B. TUJUAN OBSERVASI
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.
Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.

Tujuan observasi bagi seorang psikolog pada dasarnya adalah sebagai berikut :
1. Untuk keperluan asesmen awal dilakukan di luar ruang konseling, misalnya: ruang tunggu, halaman, kelas, ruang bermain.
2. Sebagai dasar/titik awal dari kemajuan klien. Dari beberapa kali pertemuan psikolog akan mengetahui kemajuan yang dicapai klien.
3. Bagi anak-anak, untuk mengetahui perkembangan anak-anak pada tahap tertentu.
4. Digunakan dalam memberi laporan pada orangtua, guru, dokter, dan lain-lain.
5. Sebagai informasi status anak/remaja di sekolah untuk keperluan bimbingan dan konseling.

C. TEKNIK OBSERVASI
Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1. Observasi Partisipan
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa karena pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan diteliti.
Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang participant observer adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Persoalan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
b. Waktu dan Bentuk Pencatatan
Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang terbaik.
Pencatatan on the spot akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
c. Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Seacara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial (partial participation), dan dapat juga pada semua kegiatan(full particiration). Dan, dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-dalamnya (intensive participation) atau secara minimal (surface participation). Hal ini tergantung kepada situasi.
Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dan yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subjek yang diteliti, ataupun terbuka yakni diketahui oleb subjek yang diteliti.

2. Observasi Sistematik
Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
a. Materi Observasi
Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya lebih terbatas. Sebagai alat untuk penelitian desicriptif, peneliti berlandaskan pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif.
Perumusan-perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1aar, dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b. Cara-Cara Pencatatan
Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respons, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan sangat memudahkan pekerjaan analisis hasil.

3. Observasi Eksperimental
Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku.
Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
• Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
• Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observee.
• Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenannya dan observasi.
• Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.

Fungsi Organ Sistem Pernapasan pada Manusia

Sistem Pernapasan pada Manusia- Bagi ilmuwan biologi, pernapasan merupakan seluruh proses sel pada suatu organisme dalam menerima oksigen dan melepaskan karbon dioksida. Oleh karena itu, menurut McLaren & Rotundo (1985: 579), pernapasan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu pernapasan eksternal (external respiration), pernapasan internal (internal respiration), dan Pernapasan dapat memiliki beberapa makna. Pernapasan dapat berarti hanya bernapas, memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru-paru. Bagi ilmuwan biologi, pernapasan merupakan seluruh proses sel pada suatu organisme dalam menerima oksigen dan melepaskan karbon dioksida. Oleh karena itu, menurut McLaren & Rotundo (1985: 579), pernapasan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu pernapasan eksternal (external respiration), pernapasan internal (internal respiration), dan pernapasan seluler (cellular respiration). Pernapasan eksternal merupakan pertukaran udara yang terjadi di dalam paru-paru. Dalam proses ini, oksigen masuk ke dalam darah dan karbon dioksida keluar menuju atmosfer. Pertukaran udara antara darah dan sel-sel dalam tubuh disebut pernapasan internal. Oksigen dan karbon dioksida bergerak berlawanan. Oksigen berdifusi dari darah ke dalam sel. Sementara itu, karbon dioksida berdifusi ke luar sel menuju darah. Pernapasan seluler merupakan proses kimia yang terjadi dalam mitokondria di dalam sel.

1. Organ-Organ Pernapasan.
Sistem pernapasan manusia memiliki organ-organ pernapasan yang menunjang proses pernapasan. Organ-organ pernapasan tersebut memiliki struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Organ-organ pernapasan manusia terdiri atas hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan alveous. Bagaimanakah struktur dan fungsi dari masing-masing organ pernapasan tersebut? Perhatikan penjelasan berikut.

a. Organ Pernapasan Hidung

Hidung merupakan alat pernapasan pertama yang dilalui oleh udara. Ujung hidung ditunjang oleh tulang rawan dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Kedua tulang hidung menghubungkan rongga hidung dengan atmosfer untuk mengambil udara. Rongga hidung tersusun atas sel-sel epitel berlapis pipih dengan rambut-rambut kasar. Rambut-rambut kasar tersebut berfungsi menyaring debu-debu kasar. Rongga hidung tersusun atas sel-sel epitel berlapis semu bersilia yang memiliki sel goblet. Sel goblet merupakan sel penghasil lendir yang berfungsi menyaring debu, melekatkan kotoran pada rambut hidung, dan mengatur suhu udara pernapasan. Sebagai indra pembau, pada atap atau rongga hidung terdapat lobus olfaktorius yang mengandung sel-sel pembau. Perjalanan udara memasuki paru-paru dimulai ketika udara melewati lubang hidung. Di lubang hidung, udara disaring oleh rambut-rambut di lubang hidung. Udara juga menjadi lebih hangat ketika melewati rongga hidung bagian dalam. Di rongga hidung bagian dalam, terdapat juga ujung-ujung saraf yang dapat menangkap zat-zat kimia yang terkandung dalam udara sehingga kita mengenal berbagai macam bau. Ujung-ujung saraf penciuman tersebut kemudian akan mengirimkan impuls ke otak.
hidung
Struktur organ pernapasan pada manusia

b. Organ Pernapasan Faring.

Setelah melalui rongga hidung, udara akan melewati faring. Faring adalah percabangan antara saluran pencernaan (esofagus) dan saluran pernapasan (laring dan trakea) dengan panjang kurang lebih 12,5–13 cm. Faring terdiri atas tiga bagian, yakni nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Faring merupakan pertemuan antara saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Oleh karena itu, ketika menelan makanan, suatu katup (epiglotis) akan menutup saluran pernapasan (glotis) sehingga makanan akan masuk ke saluran pencernaan. Pada percabangan ini, terdapat klep epiglotis yang mencegah makanan memasuki trakea.
Faring
Pada faring terdapat epiglotis

c. Laring

Setelah melewati faring, udara akan menuju laring. Laring sering disebut sebagai kotak suara karena di dalamnya terdapat pita suara. Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh sembilan tulang rawan. Salah satu dari sembilan tulang rawan tersebut adalah tulang rawan tiroid yang berbentuk menyerupai perisai. Pada laki-laki dewasa, tulang rawan tiroid lebih besar daripada wanita sehingga membentuk apa yang disebut dengan jakun.
Struktur laring
Struktur laring

d. Organ Pernapasan Trakea.

Dari faring, udara melewati laring, tempat pita suara berada. Dari laring, udara memasuki trakea. Trakea disebut juga “pipa angin” atau saluran udara. Trakea memiliki panjang kurang lebih 11,5 cm dengan diameter 2,4 cm. Trakea tersusun atas empat lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan submukosa, lapisan tulang rawan, dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa terdiri atas sel-sel epitel berlapis semu bersilia yang mengandung sel goblet penghasil lendir (mucus). Silia dan lendir berfungsi menyaring debu atau kotoran yang masuk. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat. Lapisan tulang rawan terdiri atas kurang lebih 18 tulang rawan berbentuk huruf C. Lapisan adventitia terdiri atas jaringan ikat. Dinding trakea dilapisi oleh epitel berlapis banyak palsu bersilia. Epitel ini menyekresikan lendir di dinding trakea. Lendir ini berfungsi menahan benda asing yang pada membran sel epitel.
Bronkus
(a) Bronkus akan bercabang-cabang menjadi bronkiolus. (b) Ujung-ujung bronkiolus membentuk alveolus.

e. Bronkus dan Bronkiolus.

Setelah melalui trakea, saluran bercabang dua. Kedua cabang tersebut dinamakan bronkus. Setiap bronkus terhubung dengan paru-paru sebelah kanan dan kiri. Bronkus bercabang-cabang lagi, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus. Dinding bronkus juga dilapisi lapisan sel epitel selapis silindris bersilia. Di sekitar alveolus terdapat kapiler-kapiler pembuluh darah. Dinding kapiler pembuluh darah tersebut sangat berdekatan dengan alveolus sehingga membentuk membran respirasi yang sangat tipis. Membran yang tipis ini memungkinkan terjadinya difusi antara udara alveolus dan darah pada kapiler-kapiler pembuluh darah. Bronkus, bronkious, dan alveolus membentuk satu struktur yang disebut paru-paru.
Paru-paru manusia terdiri dari sekitar 300 juta alveoli, yang merupakan kantung berbentuk cangkir dikelilingi oleh jaringan kapiler. Sel darah merah melewati kapiler dalam file tunggal, dan oksigen dari setiap alveolus memasuki sel darah merah dan mengikat hemoglobin. Selain itu, karbon dioksida yang terkandung dalam plasma dan sel darah merah meninggalkan kapiler dan memasuki alveoli ketika napas diambil. Kebanyakan karbon dioksida mencapai alveoli sebagai ion bikarbonat, dan sekitar 25 persen saja terikat longgar pada hemoglobin.

e. Alveolus.

Bronkiolus bermuara pada alveoli (tunggal: alveolus), struktur berbentuk bola-bola mungil yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh darah. Epitel pipih yang melapisi alveoli memudahkan darah di dalam kapiler-kapiler darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga alveolus.
Ketika seseorang menghirup, otot-otot tulang rusuk dan diafragma berkontraksi, sehingga meningkatkan volume rongga dada. Peningkatan ini menyebabkan penurunan tekanan udara di rongga dada, dan udara bergegas ke alveoli, memaksa mereka untuk memperluas dan mengisi. Paru-paru pasif memperoleh udara dari lingkungan dengan proses ini. Selama pernafasan, otot-otot tulang rusuk dan diafragma rileks, daerah rongga dada berkurang, dan meningkatkan tekanan udara internal. Udara yang dikompresi memaksa alveoli untuk menutup, dan udara mengalir keluar.
Aktivitas saraf yang mengontrol pernapasan muncul dari impuls diangkut oleh serabut saraf yang lewat ke dalam rongga dada dan berakhir pada otot tulang rusuk dan diafragma. Dorongan ini diatur oleh jumlah karbon dioksida dalam darah:  tinggi konsentrasi karbon dioksida menyebabkan peningkatan jumlah impuls saraf dan tingkat pernapasan yang lebih tinggi.