kk

WELCOME TO BLOG HELDA NITA

Rabu, 21 Maret 2018

Jangan liat senangnya, liat perjuangannya menjadi LPDP'S AWARDEE


            Saya awali tulisan ini dengan mengucapkan Kalimat Tahmid sebab semakin anda membaca tulisan ini anda akan banyak menemukan kalimat Talbiyah Lainnya. Tiada kata yang yang dapat menyaingi “Alhamdulillah“ yang dapat melukiskan betapa bersyukurnya penulis dapat membagi pengalaman ini. Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri Saya, Saya Heldanita, Awardee LPDP PK 48 Gempita Nusantara (Lestarikan Budaya Ceriakan Bangsa). Hi guys dimanapun kalian berada, i’m really miss to say it with you are. Salam Gempita!!! Saya bukan motivator ulung namun melalui tulisan ini saya akan berbagi pengalaman saya tentang pertanyaan apa dan bagaimana dan terkadang kok bisa menjadi Penerima  Beasiswa LPDP. Let’s read more.....   
“Dimana ada kemauan disitu ada jalan”. Mindset sederhana namun kaya makna ini yang mengantarkan saya kepada detik ini. Menyambung essay saya “Kesuksesan Terbesar dalam hidupku” yang merupakan salah satu persayaratan seleksi LPDP, Saya lagi-lagi merasakan berbagai kesuksesan yang Tuhan berikan dalam hidup saya. Kala itu, LPDP merupakan nama asing yang sama sekali belum saya kenali sedikitpun. Titik demi titik mengantarkan saya ke nama itu. Saya benar-benar mengenalinya step by step dan secara otodidak tanpa ada tempat bertanya, hanya saja media virtual blog para sahabat yang saya baca. Hal ini juga memotivasi saya untuk berbagi pengalaman saya melalui tulisan ini dengan harapan akan ada suatu hari nanti yang membutuhkan tulisan ini. Memang wajar jika saat itu tidak akan ada yang menyakini apapun yang saya ceritakan kepada khalayak ramai tentang keistimewaan LPDP ini. Jika ditanyakan sebab pasti ada, seperti yang sudah saya jelaskan pada essay saya yang sudah saya posting sebelumnya, saya adalah alumni penerima beasiswa Bidikmisi sebelumnya pada masa S1 saya. Sebelumnya memang saya mendengar kabar jika Bidikmisi akan menyediakan beasiswa lanjutan untuk S2, dan saya sangat antusias dalam menyambut kabar gembira itu. Tiap hari saya membuka website Bidikmisi, namun yang saya temukan hanyak portal yang menyatakan bahwa beasiswa lanjutan memang ada namun ditaja oleh LPDP. Saya mulai membuka link tersebut dan mempelajari segala booklet yang disediakan di website tersebut. Tidak terkecuali dengan membuka jadwal pendaftaran yang akan dilaksanakan oleh LPDP. Tertanda saya membuka website itu pada tahun 2015 tepat sebulan setelah wisuda S1 saya. Kala itu LPDP masih menyediakan 4 batch dalam  setahun untuk pendaftaran Beasiswa Pendidikan Indonesia maupun afirmasi. Sebelumnya saya jelaskan dulu ya, LPDP itu singkatan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, mungkin sekarang kata ini sangat familiar di telinga teman-teman semuanya sebab semakin hari kajian mengenai LPDP semakin Booming. LPDP Merupakan sebuah lembaga pemerintahan dibawah nanungan kementerian Keuangan Negara Indonesia. Tau kan siapa menteri Keungan kita, Yap! Ibu Sri Mulyani, terakhir saya membaca  statement beliau (Juli 2017) yang kembali  diposting oleh salah satu akun Instagram “Wow Fakta” bahwasanya ibumenteri akan menyediakan Dana untuk penerima Beasiswa LPDP kurang lebih sebanyak 200 Trilyun untuk tahun 2017.  Prok Prok Prok, salut banget sama pemerintahan Indonesia. LPDP menyediakann dua seleksi yaitu untuk seleksi LN (Luar Negeri) dan Seleksi DN (Dalam Negeri). Beasiswa yang disediakan pun terbagi atas beasiswa untuk jenjang Magster dan Doktoral. Baik itulah sekilas mengenai Serba Serbi LPDP, selengkapnya dapat teman-teman baca di www. Ldpd.kemenkeu.go.id
Kembali ke kisah saya, Saya mengikuti dua kali seleksi administrasi. Jadi perlu temen-temen ketahui bahwasanya seleksi LPDP terdiri dari seleksi administrasi, LGD (Learning Guided Discussion), penulisan essay, dan seleksi wawancara. Seleksi administrasi yang pertama saya lakukan dengan menguplod berbagai persyaratan yang diminta, seperti Scan Ijazah, Transkrip Nilai, sertifikat Toefl/Toafl, dan sertifikat serta surat-surat pendukung lainnya. Universitas Tujuan yang saya pilih adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan jurusan Pendidikan IPA. Saya mencoba apply di dalam negeri karena memang saya paham bagaimana kemampuan saya, hehe. Seleksi administrasi pun saya lewati dengan submit sebelum pendaftaran ditutup. Sampailah ketika waktu pengumuman tiba, ternyata Allah SWT. Belum meridhoi saya sebagai penerima Beasiswa LPDP. Kecewa memang namun motto saya di awal masih saya yakini, bahwasanya saya masih mempunyai satu kesempatan lagi. Dan memang saya buktikan dengan kesempatan seleksi yang kedua ini, saya kembali mengikuti seleksi administrattif dengan benar-benar mengupload dan mengoreksi essay ataupun syarat lainnya yang mungkin kurang pada kesempatan awal. Dan akhirnya saya submit dengan tujuan Universitas yakni Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta. Entah malaikat mana yang membisikkan kepada saya untuk memilih Kota Yogyakarta, namun saya sangat yakin ketika itu. Saya mengambil jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA).
Sampai kepada waktu pengumuman tiba, saya memang sebelumnya telah mencoba memasukkan lamaran pekerjaan dengan ijazah yang saya miliki ke beberapa sekolah. Saya menerima pengumuman lulus seleksi administratif tepat seminggu setelah saya diterima di salah satu SD di Pekanbaru, Riau. Syukur alhamdulillah dengan pengumuman tersebut namun tak bisa saya sembunyikan kegundahan di hati saya memang, coba teman-teman fikirkan apa harus saya katakan  kepada atasan saya dengan kabar ini. Memang benar pepatah “Jodoh takkan Kemana”. Setelah dengan segala pertimbangan saya memutuskan untuk mengabarkan berita ini kepada Atasan saya dengan segala resiko yang akan saya terima. Alhamdulillah, Allah menjawab doa saya atasan saya sama sekali tidak keberatan dengan serangkaian seleksi lanjutan yang akan saya tempuh walaupun saya masih terikat ikatan kerja. Beliau bersedia memberikan izin kepada saya.  Sampai kepada ketika jadawal seleksi wawancara tiba, kebetulan saya mengambil kota Medan sebagai kota tempat wawancara saya dari sekan banyak kota yang disediakan. Dengan Bismillah saya berangkat ke Kota Medan ditemani Ibunda Tercinta. Dengan dana pas-pasan saya pun nekat pergi ke Medan dengan Tujuan menginap di Kos Teman Saya, Zahratul Uyun seorang Dokter Muda Insya Allah Aminn.
Seleksi substantif dilaksanakan selama dua hari di Gedung Keuangan Negara  (GKN) Medan. Hari pertama seleksi saya pergi ke GKN sendiri tanpa ditemani siapapun. Bermodalkan pengetahuan tempat yang sudah saya survey sore sebelumnya dengan teman saya, saya pun melangkah dengan Bismillah. Saya menumpangi sebuah becak motor yang sudah di arahkan oleh teman saya sebelumnya. Firasat buruk mengenai keraguan muka mas becak pun akhirnya terjawabkan dengan 10 menit kesesatan yang kami alami. Mas becak bukan orang Medan aslinya ternyata, hehehe. Yang ada di benak saya bukan apaapa, bukan saya akan dilarikan kemana namun bagaimana caranyamasbecak ini akan menemukan alamat yang saya maksud. Alhamdulillah semua dilema itu berakhir di menit yang ke sebelas, kami pun menemukan GKN tepat pada waktunya. Mas becak sangat merasa bersalah sehingga mengantarkan saya sampai kebablasan ke dalam gerbang. Ini mungkin salah satu bentuk real dari surat Al-Insyirah ayat 5-6. Saya pun memasuki gedung dan mengikuti alur seleksi seperti yang sudah ditetapkan. Begitu banyak teman baru dari berbagai provinsi yang saya temui. Kebanyakan dari pulau sumatera seperti dari Padang, Medan, Palembang, Aceh, dan kota-kota lainnya.
Seleksi pertama yang saya ikuti adalah seleksi Penulisan Essai dan LGD. H-1 sebelum tes kami sudah dibagi ke dalam beberapa kelompok yang disebarkan via email. Saya menjadi salah satu anggota dari kelompok 6, saya absen satu-satu ya ada Mba Ami dari Aceh yang akan studi S3 ke Inggris, Jelita dari Medan yang akan studi ke ITB Bandung, Kak Damar dari Riau mau ke ITB Bandung, Bang Rezki dari Padang mau Ke Australia, dan Bang Anggi dari Medan akan study ke Inggris. Kami benar-benar baru kenal 10 Menit sebelum masuk ke ruangan eksekusi. Kami segera memasuki ruangan penulisan Essai. Kami diberikan selembar kertas dan diminta menulis essay sesuai tema yang diberikan selama 30 menit. Benar-benar 30 menit yang hening, semua yang ada di otak di tuliskan tanpa terkecuali ke kertas. 30 menit berakhir kami pun segera beralih ke ruangan LGD, sebelumnya kami tdak lupa mengaturstrategi berdiskusi yang baik. Karena perlu diketahui bahwasanya diskusi LGD ini bukanlah diskusi untuk menemuka siapa pemenang dari argumen yang disampaikan akan tetapi siapa yang terampil dalam menunjukkan bagaimana merangkul dan mengayomi pendapat yang diberikan oleh teman. Aktif sangat dibutuhkan dalam diskusi ini, namun bukan dominan. Aktif dan dominan bak dua sisi mata uang sama namun berbeda. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengaktifkan semua anggota diskusi karena goals dari diskusi ini adalah bukan kelompok yang bersitegang namun kelompok yang benar-benar bersahabat dalam pemikirannya dan saling mendukung satu sama lain. Jika pun ada yang tidak sependapat namun disampaikan dengan attitude yang baik. Tema-tema yang akan dibahas dalah segala sesuatu yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di Indonesia. Pada saat itu kami mendapatkan tema mengenai Pro- Kontra pelaksanaan MOS di Indonesia. LGD berakhir, saya melanjutkan ke seleksi yang kedua yakni seleksi bahan yang menurut saya ini adalah seleksi awal yang harus dilaksanakan. Alhamdulillah semua bahan yang saya persiapkan memenuhi syarat.
Day 2 di Medan, kali ini saya tidak berangkat sendiri namun ditemani oleh ibu tercinta. Hari ini merupakan seleksi yang menurut saya sangat membutuhkan persiapan yang sangat matang. Bagaimana tidak, saya akan mengikuti seleksi wawancara dengan tiga orang penguji dengan berbagai topik pertanyaan yang akan mereka tanyakan. Saya memasuki ruangan seleksi dengan pengantar senyum dan ciuman restu dari ibu saya, saya menjabat tangan para penguji. Mencoba untuk se selow mungkin, walaupun yang didalam semuana berantakan. Saya disambut hangat oleh penanya pertama yakni seorang psikolog yang mengawali sederet pertanyaannya dengan menanyakan hal yang sebenarnya sudah saya jabarkan di essai saya, yakni mengenai kesuksesan terbesar dalam hidup saya. Jadi kalau saya boleh berpendapat, pertanyaan dari penguji sebenarnya tidak akan jauh dari segala yang sudah jelaskan dalam essai kita. Mereka sangat menguji kebenaran dari pengalaman yang sudah kita jabarkan. Setelah menjawab pertanyaan tersebut, saya dihadapkan dengan beberapa pertanyaan susulan dari para penguji lainnya. Banyak pertanyaan mendasar yang ditanyakan, seperti untuk apa kita melanjutkan study, akan jadi apa kita kedepannya, kenapa LPDP harus memberikan beasiswa kepada diri kita dan hal-hal sepele namun bermakna lainnya. Pertanyaan yang paling saya ingat yakni mengenai kota universitas tujuan saya  Yogyakarta. Mereka menanyakan mengapa saya memilih kota Yogyakarta, dengan selentingan “kamu pengen jalan-jalan ya di jogja?” saya pun berusaha santai dalam menjawabnya “iya pak, itu salah duanya” salah satunya yah karena sepertinya Yogyakarta akan menjadi saksi prestasi akademik dan karya saya kedepannya.  Disamping pertanyaan-pertanyaan seperti itu masih banyak tentunya pertanyaan mendasar mengenai akademik yang dipertanyakan. 45 menit berakhir, diiringi dengan motivasi dan harapan kelulusan yang diberikan oleh ketiga penguji saya keluar dari ruang wawancara.
Sampai saat pengumuman seleksi wawancara, Alhamdulillah Allah benar-benar menunjukkan Ridha-Nya, saya mendapatkan email yang bertuliskan anda “LULUS” seleksi substantif. Fix, Yogyakarta i’m Coming... hehehhe. Rangkaian selanjutnya yang harus dilalui oleh penerima beasiswa LPDP adalah mengikuti PK (Persiapan Keberangkatan), yakni sebuah persiapan yang diberikan oleh pihak LPDP kepada semua penerima beasiswa  yang akan berangkat ke negara tujuan masing-masing, tidak hanya untuk peserta luar negeri tapi dalam negeri juga. Kami di bagi ke dalam kelompok tertentu, dan di pertemukan di sebuah tempat yang sampai sekarang sangat klasik untuk dikenang, yah Wisma Hijau Cimanggis Depok. Selama lebih kurang 7 hari kami diagendakan mengikuti kegiatan-kegiatan yang sebelumnya sudah kami pilih sendiri baik itu berupa workshop, fun game, outbound, dan kegiatan penunjang lainnya. Jika ada yang bertanya bagaimana rasanya PK, rasanya itu bahagia banget tapi tidak untuk diulang. Saya masih ingat pasca PK, saya tidur dari pagi ketemu pagi. Namun bagaimana pun sangat banyak pengalaman dan kenangan yang didapat dari PK. Sahabat baru, ilmu baru, pengalaman baru dan tidak jarangan pujaann hati baru. Yah, ini salah satu pengalaman indah yang sering terjadi pada diri awardee, banyak sekali yang menemukan tambatan hati pada saat PK ini. Haha intermezzo gaes... J Seleksi bahan udah, wawancara beres, PK done! Selanjutnya tinggal seleksi masuk Universitas. Saya intake Agustus 2016, which is itu adalah setahun setelah saya lulus wawancara. Setahun berlalu saya akhirnya mendapatkan kampus, saya diterima di kampus yang saya tuju dan di prodi yang saya inginkan. Saya resmi menjadi Mahasiswa Pascasarjana Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta TA 2016 Prodi PGRA  sampai detik ini. 

Itulah kilas balik tentang bagaimana saya menjalani step demi step untuk menjadi Penerima Beasiswa LPDP. Mungkin tidak ada yang dapat menginsipirasi namun saya yakin diluar sana banyak yang sedang berada di posisi yang saya rasanya waktu itu. Buat kalian semua yang sedang berjuang, yakinlah bahwa perjuangan kalian akan berbuah manis jika kalian memang berusaha dan berdoa dengan sungguh-sungguh dan jangan pernah lupa janji suci kita “Indonesia, Aku pasti mengabdi”.